Deklarasi Kemerdekaan Indonesia dan Peran Ramadhan di Baliknya

Ali Zain Aljufri - Pada suatu malam yang tenang di bulan Ramadhan, tepatnya pada 17 Agustus 1945, suasana di Jakarta dipenuhi dengan semangat dan harapan. Di sebuah rumah sederhana milik Faradj bin Said bin Awadh Martak di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta, bersama para tokoh pergerakan lainnya, tengah mempersiapkan momen bersejarah bagi bangsa Indonesia. Meskipun dalam keadaan berpuasa, semangat mereka tak surut untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
1. Ramadhan dan Proklamasi Kemerdekaan
![]() |
Dokumentasi: Suasana Sebelum Proklamasi di Rengasdengklok |
Proklamasi kemerdekaan Indonesia jatuh pada hari Jum’at, 17 Agustus 1945, yang bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H. Pemilihan hari Jum’at dan bulan Ramadhan bukanlah kebetulan semata. Hadhratus Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari, seorang ulama’ terkemuka, menyarankan agar proklamasi dilakukan pada hari Jum’at di bulan Ramadhan, mengingat Jum’at adalah “Sayyidul Ayyam” (penghulu hari) dan Ramadhan adalah “Sayyidus Syuhur” (penghulu bulan). Saran ini diterima oleh para pemimpin bangsa sebagai momentum yang tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan.¹
2. Persiapan di Tengah Malam Ramadhan
![]() |
Dokumentasi: Pembacaan Teks Proklamasi |
Menjelang proklamasi, Soekarno dan Hatta diculik oleh sekelompok pemuda dan dibawa ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Tujuannya adalah untuk menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang dan mendesak agar segera memproklamasikan kemerdekaan. Setelah negosiasi, mereka kembali ke Jakarta pada malam harinya. Menurut Achmad Soebardjo, pada pukul 03.00 dini hari, saat waktu sahur di bulan Ramadhan, teks proklamasi didiktekan oleh Hatta dan ditulis oleh Soekarno.²
3. Mayoritas Muslim dan Semangat Kemerdekaan
![]() |
Dokumentasi: Suasana Proklamasi Kemerdekaan NKRI |
Pada masa itu, mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Data sensus penduduk tahun 2000 menunjukkan bahwa 88,2% penduduk Indonesia beragama Islam.³ Meskipun data spesifik tahun 1945 tidak tersedia, dominasi populasi Muslim sudah signifikan. Hal ini menjadikan bulan Ramadhan sebagai waktu yang sangat bermakna bagi sebagian besar rakyat Indonesia, sehingga proklamasi di bulan suci ini menambah semangat spiritual dan nasionalisme.
4. Kesimpulan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 yang bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H bukan hanya sebuah kebetulan, tetapi merupakan keputusan yang dipertimbangkan dengan matang. Pemilihan waktu ini memadukan semangat religius dan nasionalisme, mencerminkan tekad bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan dengan penuh keberkahan di bulan suci.
Pertanyaan untuk Pembaca: Bagaimana menurut Anda, pengaruh spiritualitas bulan Ramadhan terhadap semangat perjuangan kemerdekaan Indonesia?
Post a Comment