Kembali ke Blogger: Rumah Lama yang Selalu Menungguku Pulang

Ali Zain Aljufri - Saya masih ingat aroma sore itu. Hujan baru saja reda, meninggalkan embun segar di jendela kamar yang berdebu. Saya membuka browser yang ada smartphone. Halaman tab kosong menatap, seperti halaman kosong yang siap untuk beberapa kata.
Jari ini menekan alamat lama (blogger.com) dan waktu membeku. Kenangan terus mengalir, seperti film lama yang akhirnya hidup. Bunyi bip peringatan yang unik, tata letak layar dasar dan ikon oranye yang sangat kita kenal; semuanya terasa seperti pelukan lama yang menenangkan dari seorang teman yang selalu ada di sana. Saat itu saya sadar: Saya ada di rumah.
1. Perjalanan Panjang Yang Membawaku Pergi
![]() |
| Ilustrasi: Menulis artikel dengan PC di sore hari |
Saya pernah menjadi bagian dari generasi awal blogger. Dulu, blogging adalah tentang mencurahkan isi hati, bukan sekadar bermain angka. Dulu, saya menulis dengan jujur; tanpa takut salah ketik, tanpa perlu memikirkan optimasi SEO. Setiap kata adalah bagian yang menyentuh hati dan ingin dibagikan. Waktu terus bergulir, platform terus bermunculan satu demi satu. Ada MyWapBlog, XtGem bahkan Wapka (tempat saya belajar mengedit HTML apa adanya), menulis di ponsel kecil di malam hari.
Dunia blogging ibarat taman bermain besar bagi kita yang suka menulis, mencoba hal-hal baru, dan sekadar berbagi cerita. Namun seperti kebanyakan perjalanan, ada saatnya langkah saya terhenti. Kesibukan, perubahan hidup, sosial media yang semakin cepat, semua perlahan menjauhkan saya dari dunia blog. Menulis sepertinya selalu ada di belakang.
Waktu berlalu begitu saja, hari menjadi pekan, dan pekan menjadi tahun. Dan tanpa disadari, saya sebenarnya berhenti.
2. Login yang Mengubah Segalanya
![]() |
| Ilustrasi: Mencari refrensi baru dengan membaca buku |
Sore itu (ketika saya akhirnya login kembali ke Blogger) perasaan itu sulit dijelaskan. Ada emosi yang lembut. Antara rindu dan rasa bersalah. Seorang blogger bukan sekedar menulis di situs web. Ini adalah rumah digital pertama saya. Tempat dimana saya belajar menyusun kalimat, membingkai emosi dan mengungkapkan isi hati.
Saya melihat kembali tulisan lamaku. Judulnya janggal, paragrafnya berantakan, tapi penuh semangat anak muda. Saya tersenyum; bukan karena tulisannya bagus, tapi karena saya masih bisa melihat jejak diri di sana. Rasanya seperti menggali buku harian yang sudah lama terlupakan dan tersembunyi di balik tumpukan debu.
Ternyata, yang terlewatkan bukan sekadar tulisan. Yang saya rindukan adalah perasaan ketika menulis membuat saya merasa hidup.
3. Nostalgia Blogspot dan Arti “Pulang”
![]() |
| Ilustrasi: Ada suka dan duka ketika mencoba kembali menulis |
Blogger (atau biasa kita sebut Blogspot) mempunyai daya magis tersendiri. Memang tidak serumit platform saat ini, tidak secepat media sosial, tapi hanya karena sederhana, memiliki nuansa nyaman. Tidak ada algoritma yang mengharuskan Anda menulis setiap hari. Tidak ada tekanan untuk menjadi viral. Anda adalah Anda, kata-kata dan tempat yang damai di mana pikiran Anda dapat bersantai.
Bagi kami, para blogger berpengalaman, menuliskan pemikiran kami di Blogspot bukan hanya tentang berada di sini; ini tentang mencurahkan jiwa kita.
4. Mengapa Saya Memilih Kembali ke Blogger?
![]() |
| Ilustrasi: Menulis dan membaca adalah dua hal yang paling sering saya lakukan di kala suntuk |
Banyak platform baru menawarkan kemudahan dan fitur canggih. Ada Medium, Substack bahkan WordPress dengan plugin dan statistik yang memanjakan. Namun diantara itu semua, ada yang tak tergantikan dari Blogger: keikhlasan.
- Sederhana dan semuanya ada — Tetap sederhana semua alat tulis penting tersedia. Saya hanya perlu fokus pada hal yang paling penting; isi tulisan.
- Stabil dan Tahan Lama — Blog lama saya masih tetap berjalan, meski sudah berusia lebih dari sepuluh tahun. Ini menunjukkan bahwa tulisan digital bisa bertahan selamanya, jika diletakkan di tempat yang tepat.
- Memperkuat nostalgia — Setiap kali saya membuka dashboard Blogspot, saya serasa kembali ke masa ketika menulis adalah kebebasan, bukan beban. Ini bukan sekadar kasus nostalgia blogspot; ini lebih seperti kepulangan spiritual. Ikatan emosional yang tak terpatahkan.
Blogging membuat saya mengingat siapa saya sebelum dunia menuntut terlalu banyak. Sebelum statistik dan kode mulai mendefinisikan apa arti menulis.
5. Menulis Lagi: Antara Rasa Syukur dan Kesadaran Baru
![]() |
| Ilustrasi: Dengan menulis mampu menumbuhkan semangat baru |
Sekarang, setelah bertahun-tahun, saya menulis lagi. Tapi kali ini berbeda. Saya tidak lagi mengejar angka, tidak mencari traffic, tidak peduli views. Saya hanya ingin menulis dengan rasa syukur. Menulis di Blogger mengajari saya satu hal penting:
Terkadang, untuk maju, kita perlu kembali ke awal.
Saya menyadari bahwa tulisan-tulisan lama saya bukanlah kegagalan, melainkan landasan. Mungkin sederhana, tapi dari situlah saya belajar untuk berani jujur. Dan kini, dengan pengalaman yang lebih banyak, saya bisa menulis tidak hanya untuk berbagi cerita, tapi juga untuk berbagi makna. Setiap paragraf tampak seperti do’a kecil.
6. Cerita Blogger Lama yang Tak Pernah Padam
![]() |
| Ilustrasi: Ada hal yang tak terlupakan ketika kembali menulis di blog |
Saya tahu bukan hanya saya saja yang merasakan hal ini. Sekelompok blogger berpengalaman biasanya ada di mana-mana dengan postingan mereka, tapi kemudian mereka menghilang. Beberapa mungkin sibuk dengan kehidupan nyata. Beberapa orang mungkin merasa seperti kehabisan waktu. Namun jauh di lubuk hati, mereka masih mendambakan layar putih, huruf-huruf kecil yang berubah menjadi dongeng, perasaan nyaman saat tulisan mereka pertama kali beredar di pasaran.
Mungkin itu sebabnya banyak orang kembali ke Blogger. Kami mulai muak dengan pencarian like dan share yang terus-menerus di media sosial. Kami bertujuan untuk kembali ke tempat yang mengutamakan substansi, bukan hanya pertunjukan yang mencolok. Bahkan dengan semua kekacauan digital, Blogger masih merupakan tempat bersantai untuk mengatur diri Anda.
7. Blogger di Era Baru: Bukan Sekedar Nostalgia.
![]() |
| Ilustrasi: Saya berusaha memupuk semangat baru untuk terus menulis |
Tapi comeback kami bukan hanya tentang masa lalu. Nostalgia memicu kesadaran baru: Blogger masih memiliki tempatnya hingga saat ini, selama kita tahu cara membacanya. Blogging di Blogger kini lebih dari sekadar hobi. Dapat menjadi arsip digital pribadi yang abadi.
Ini adalah tempat yang tenang untuk berpikir ketika segala sesuatunya bergerak begitu cepat secara online. Hal ini dapat memicu kreativitas penulis baru yang mencari cerita asli di dunia yang serba cepat. Seorang blogger bukan sekadar mengelola situs web. Ini semua tentang tulisan yang tulus dan menyentuh hati, tanpa akting atau kepalsuan.
8. Kembali ke Diri Sendiri
![]() |
| Ilustrasi: Menulis di blog membantu saya sejenak mendapatkan ketenangan |
Ketika saya menekan tombol “publish” untuk artikel pertama saya setelah bertahun-tahun, saya terdiam. Tidak ada tepuk tangan, tidak ada notifikasi yang menggelegar. Tapi ada sesuatu yang jauh lebih berharga: ketenangan.
Menulis lagi di Blogger membuat saya berdamai dengan masa lalu. Dengan versi diri sendiri yang dulu menulis dengan naif dan jujur.
Perjalanan sempat terhenti, tapi sekarang sudah kembali ke jalurnya. Dan mungkin, itulah arti sebenarnya dari kembali ke Blogger: bukan sekadar membuka situs lama, namun membuka kembali pintu bagi saya yang dulu; yang menulis bukan karena ingin dikenal, namun karena ingin menjalani kehidupan yang lebih bermakna.
9. Kesimpulan: Rumah Tak Pernah Benar-Benar Pergi
![]() |
| Ilustrasi: Blogger menjadi tempat pulang dimana awal saya berasal |
Sekarang saya paham, rumah memang tak selalu berupa tembok dan atap. Kadang, rumah juga berupa halaman putih di layar, tempat tulisan kita pulang dan tumbuh. Menurut saya, Blogger adalah rumah itu; sederhana, setia, dan selalu menunggu kapan pun saya ingin pulang.
Mungkin Anda pernah memiliki blog lama dan berhenti menulis. Merasa kehilangan arah. Tapi tulisan itu, seperti rumah lama, kehilangan arah. Tapi percayalah; rumah lama, tidak pernah benar-benar hilang. Ia hanya menunggu kamu kembali dan membuka pintunya.
Karena pada akhirnya, setiap penulis akan selalu pulang; pada kata, pada cerita, dan pada dirinya.
Lalu, bagaimana dengan Anda? Apakah Anda sudah siap kembali ke Blogger, dan menulis lagi di rumah yang pernah membuat jatuh cinta pada kata-kata?









Post a Comment